MUWAAFAQATUL AQWAAL BIL AF’AL



MUWAAFAQATUL AQWAAL BIL AF’AL
(Keselarasan Kata dan Perbuatan)



Muwaafaqat aqwal bil af’al (integritas)
Muwaafaqat = selaras
Aqwal = perkataan (statement)
Af’al = perbuatan (action)
Arti keseluruhan adalah keselarasan yang baik antara perkataan/ucapan dan amal yang diperbuat.

Tarbiyah al-Aqwal adalah tarbiyah kata-kata.
Tarbiyah al-Af`al adalah tarbiyah tindakan.
dan Dakwah adalah Wajib, baik dengan lisan ataupun perbuatan, dengan syarat keduanya harus ada keselarasan dan didasarkan atas ilmu dari aqidah yang lurus yang bersumber dari Al-Quran dan hadist.

ketidakselarasan perkataan dan perbuatan bisa menggolongkan kita pada orang2 munafik,
Rasulullah SAW pernah bersabda mengenai ciri-ciri orang munafik, diantaranya:
1. Bila berbicara selalu bohong.
Orang seperti ini tidak bisa dipercayai dalam setiap perkataan yang diucapkannya. Bisa jadi apa yang dibicarakan tidak sesuai dengan hatinya.
2. Bila berjanji, tidak ditepati.
Orang munafik sulit untuk dipercayai perkataan dan perbuatannya.
3. Bila diberi kepercayaan selalu berkhianat.
Orang munafik sulit diberikan kepercayaan. Setiap kali kepercayaan yang diberikan tidak dapat dia jaga dengan baik.
Pada orang munafik minimal ada satu ciri, sedangkan munafik tulen memiliki ketiga-tiganya

dan Allah sangat marah pada hambanya yang munafik,
 “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah SWT, bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu perbuat.” (QS. As-Shaff: 2-3)
Ayat ini bukan mengancam orang yang berdakwah kepada sesuatu padahal ia belum mampu melakukannya. Mengajak orang lain kepada kebaikan adalah baik, terlepas dari sudah mampu atau belum dan Kebaikan harus tetap didakwahkan.
          Ayat tersebut mencela orang yang sengaja berbicara  bahwa ia melakukan suatu kebaikan dan ia mampu, namun tidak melakukannya. Padahal tidak ada udzur, ia hanya sekedar mengatakan kepada orang lain saja.

Keselarasan yang baik antara perkataan/ucapan dan amal yang diperbuat akan menumbuhkan kepercayaan dan keteladanan.

Keteladanan adalah cara berdakwah yang paling hemat karena tidak perlu menguras energi dengan mengobral kata-kata. Bahkan bahasa keteladanan jauh lebih fasih dari bahasa perintah dan larangan, sebagaimana pepatah mengatakan: “Lisaanul hal afshohu min-lisaaanil maqaaal”, bahasa kerja lebih fasih dari bahasa kata-kata.


Kesimpulan:

Jika dakwah adalah cara bagaimana mengajak orang ke dalam kebaikan Islam, maka hal tersebut haruslah terpancar terlebih dahulu pada perbuatan keseharian kita. Karena dengan cara seperti itulah, orang lain akan lebih mudah tergerak hatinya.

Dan itulah hakikat keselarasan. Bahwa keselarasan tidak terlalu memerlukan rangkaian kata-kata yang indah nan memukau untuk menggerakan hati orang lain. Banyak juga yang tidak pandai merangkai kata-kata, tetapi mereka bisa menginspirasi orang lain, karena mereka hanya mengucapkan apa yang mereka lakukan. Sehingga seni menggerakkan hati, memang mutlak lahir dari keselarasan. Karena keselarasanlah yang menghasilkan pesona kepribadian yang tersimpan dari dalam tubuh kita.





Ahad, 17 September 2017
Materi Kultum Liqo
Anis Nurlaeli

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thoqotul Insan (Potensi Manusia)

Nafsul Insan (Jiwa Manusia)