Thoqotul Insan (Potensi Manusia)
THOQOTUL INSAN
Manusia
sebagai makhluk yang dimuliakan, memiliki potensi diri yang sangat besar dan
luar biasa. Potensi itu terletak pada Pendengaran (as-sam’a), Penglihatan
(al-bashar) dan Hatinya (fuad).
QS. Al-Mulk : 23
Katakanlah,
“Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati
nurani bagi kamu. (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur”.
QS. As-Sajdah : 9
“Kemudian
Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia
menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali
kamu bersyukur”.
QS. An-Nahl : 78
“Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu
bersyukur”.
Dengan ketiga potensi tsb manusia dapat
melakukan hal-hal besar yang tidak dapat dilakukan oleh makhluk lain. Potensi-potensi
besar itu adalah amanah yang harus ia jaga dengan penuh tanggung jawab
(al-mas'uliyah).
Manusia dengan segenap potensi dan kelebihan-kelebihan
harus bertanggungjawab dan menyadari perannya. Tugas/amanah yang dibebankan sebagai
refleksi atas potensi dan kelebihan-kelebihan yang telah diterimanya itu adalah
:
QS. Al-Baqarah : 21
“Wahai
Manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang
sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.
QS. Az-Zariyat : 56
“Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”.
Ada 2 Tipe Manusia : 1. Amanah
2.
Khianat
Jika manusia bertanggung jawab penuh
terhadap potensinya, berarti ia amanah.
Dengan amanah itulah ia mampu memerankan
tugas khilafah di bumi. Maka sebagai khilafah ia harus memperhatikan
prinsip-prinsip berikut:
1. Tidak memiliki kekuasaan hakiki ('adamu
haqiqatil mulkiyah)
Karena pemilik dan penguasa yang hakiki
adalah Allah Sang Pencipta alam semesta. Manusia hanya mendapat amanah dari
Allah SWT.
QS. Fatir : 13
“Dia
memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah segaa
kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai
apa-apa walaupun setipis kulit ari”.
2. Bertindak sesuai kehendak yang mewakilkan
atau pemberi amanah (at tasharrufu hasba iradatil mustakhlif)
Sebagai khalifah (wakil) Allah di bumi,
maka ia harus bertindak sesuai kehendak pihak yang mewakilkan kepadanya yaitu
Allah.
QS. Al-Qashash : 68
“Dan
Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia)
tidak ada pilihan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan”.
3. Tidak melampaui batas ('adamul ta'addil
hudud)
Dalam menjalankan tugasnya, manusia tidak
boleh melanggar batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam syari'at
Nya.
QS. Al-‘Adiyat : 6-11
“Sungguh,
manusia itu sangat ingkar (tidak bersyukur) kepada Tuhannya”.
“dan
sesungguhnya dia (manusia) menyaksikan (mengakui) keingkarannya”.
“dan
Sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan”.
“maka
tidakkah dia mengetahui apabila apa yang di dalam kubur dikeluarkan”.
“dan
apa yang tersimpan di dalam dada dilahirkan”.
“Sungguh
Tuhan mereka Maha Mengetahui terhadap keadaan mereka”.
Adapun jika manusia tidak bertanggung jawab
terhadap potensi yang diberikan pada dirinya, berarti ia telah berkhianat.
Pengkhiatan tersebut pada dasarnya sama
artinya dengan mencampakkan diri ke dalam kehinaan yang digambarkan Al Qur'an
sampai pada titik nadir yang sangat rendah sejajar dengan hewan atau benda
mati, bahkan lebih hina dari itu:
1. Seperti Hewan Ternak
QS. Al-‘Araf : 179
“dan
sungguh, akan Kami isi Neraka Jahannam banyak dari kalangan jin dan manusia.
Mereka memiliki hati (tetapi) tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan
ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah”.
2. Seperti Anjing
QS. Al-‘Araf : 176
“dan
sekiranya Kami menghendaki niscaya kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat)
itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah),
maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya
dan jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah
perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah
kisah-kisah itu agar mereka berfikir”.
3. Seperti Kera dan Babi
QS. Al-Maidah : 60
Katakanlah
(Muhammad), “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk
pembalasannya dari (orang fasik) di sisi Allah? Yaitu, orang yang dilaknat dan
dimurkai Allah, diantara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang
yang) menyembah Taghut”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat
dari jalan yang lurus.
4. Seperti Kayu
QS. Al-Munafiqun : 4
“Dan
apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka
berkata, engkan mendengarkan tutur katanya. Mereka seakan-akan kayu yang
tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka. Mereka
itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka, semoga Allah
membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)?”
5. Seperti Batu
QS. Al- Baqarah : 74
“Kemudian
setelah itu hatimu menjadi keras sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih
keras. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya)
memancar daripadanya. Adapula yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya.
Dan adapula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah
lengah terhadap apa yang kamu kerjakan”.
6. Seperti Laba-laba
QS. Al-‘Ankabut : 41
“Perumpamaan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang
membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba,
sekiranya mereka mengetahui”.
7. Seperti Keledai
QS. Al-Jumu’ah : 5
“Perumpamaan
orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya
(tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang
tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.
Materi Liqo
Ahad, 19 Februari 2017
Anis Nurlaeli
Komentar
Posting Komentar