Hakikatul Insan
HAKIKATUL INSAN
Manusia harus memahami hakikat diri dan
kehidupannya, agar ia dapat bersikap dan berlaku adil terhadap Penciptanya,
dirinya dan terhadap sesama manusia serta terhadap makhluk-makhluk lain yang
ada di muka bumi ini.
Hakikat
yang harus dipahami itu diantanya adalah :
1.
Manusia sebagai Makhluk (yang
diciptakan);
a.
Sebagai
makhluk, manusia diciptakan di atas fitrah islam ('alal fitrah).
QS.
Ar-Ruum : 30
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
b. Meskipun dikenal sebagai makhluk termulia
dan teristimewa, tapi manusia adalah makhluk yang lemah (dho'ifun) secara fisik
dan memiliki banyak sekali keterbatasan dan kekurangan.
QS. An-Nisa : 28
“Allah hendak memberikan keringanan
kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”.
c.
Dalam
hal ilmu ia pun bodoh (jahilun).
QS. Al-Ahzab : 72
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan
amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat
bodoh".
d. Dalam hal kelangsungan hidupnya, manusia
sangat bergantung kepada pihak lain (faqirun).
QS. faathir : 15
“Hai
manusia, kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”.
2.
Manusia sebagai Mukarromun
(yang dimuliakan); Allah
menghendaki manusia menjadi makhluk yang mulia, meski asalnya dari sesuatu yang
hina yaitu (tanah).
a.
Dengan
kekuasaan-Nya, makhluk yang tercipta dari tanah itu mendapat tiupan ruh dari Allah
SWT (nafkhur-ruh)
QS. As-Sajdah : 9
“Kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur”.
b. Allah juga memberinya keistimewaan dengan
banyak kelebihan sempurna yang diantaranya adalah akal (imtiyazat).
QS. Al-Isra' : 70
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
Alam semesta yang luas dan penuh karunia
Allah ini pun ditundukkan Allah untuk manusia (yusakhara lahul kauni).
QS. Al-Jaatsiyah : 12-13
“Allah-lah
yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya
dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan
kamu bersyukur”.
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang
di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berfikir”.
QS.
Al-Baqarah : 29
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang
ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”.
QS.
Al-Mulk : 15
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi
kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.
3.
Manusia sebagai Mukallafun (mengemban
tugas); Mukallaf artinya
yang dibebani tugas. Konsekuensi sebagai makhluk yang telah diistimewakan
dengan berbagai kelebihan, manusia tidak dibiarkan tanpa tugas dan tanggung
jawab. Adaupun tugas dan tanggung jawabnya sebagai makhluk yang punya keistimewaan
tadi adalah :
a.
Ibadah
QS.
Adz-Dzaariyat : 56
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
b. dan khalifah.
QS. Adz-Dzaariyat : 56
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi......"
Potensi besar yang diberikan kepadanya
dimaksudkan agar ia mampu mengelola bumi ini sesuai dengan kehendak-Nya.
4.
Manusia sebagai Mukhayyaruun
(berhak Memilih);
Keistimewaan manusia diberi akal dan hati, menjadikannya makhluk yang berhak
memilih dan menentukan nasibnya sendiri. Dengan akal dan kebebasannya ia bisa
menentukan apakah ia akan beriman kepada Allah (al iman) atau justru sebaliknya
kafir kepada Allah (al kufru).
QS. Al-balad : 10
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua
jalan”,
QS. Al-Insan : 3
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan
yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir”.
QS. At-Taghabun : 2
“Dialah yang menciptakan kamu maka di antara
kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan”.
QS. Al-Kahfi : 29
“Dan katakanlah: "Kebenaran itu
datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir......"
5.
Manusia sebagai Majziyun
(yang mendapat balasan);
Kebebasan yang dimilikinya tersebut tentu bukan berupa tanpa konsekuensi. Allah
akan memberikan balasan secara adil dan proporsional atas pilihannya di dunia
ini. Balasan ini akan diterima di akhirat dan berlaku kepada seluruh manusia
tanpa kecuali. Balasan itu dapat berupa:
a.
kenikmatan
surga (al jannah) untuk orang yang beriman,
QS. At-Takatsur : 8
“kemudian kamu pasti akan ditanyai pada
hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”.
QS. As-Sajdah : 19
“Adapun orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala
terhadap apa yang mereka kerjakan”.
QS. Al-Baqarah : 25
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada
mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki
buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah
diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan
untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di
dalamnya”.
QS. Al-Hajj : 14
“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia
kehendaki”.
b. atau siksa neraka (an nar) bagi yang kafir.
QS. Al-Isra' : 36
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.
QS. An-Najm : 38-41
“(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa
tidak akan memikul dosa orang lain”,
“dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”,
“dan bahwasanya usaha itu kelak akan
diperlihatkan (kepadanya)”.
“Kemudian akan diberi balasan kepadanya
dengan balasan yang paling sempurna”.
QS. As-Sajdah : 20
“Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir)
maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar
daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka:
"Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya".
QS. Al-Baqarah : 24
“Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya)
dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka
yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir”.
Materi Liqo
Ahad, 12 Februari 2017
Anis Nurlaeli
Komentar
Posting Komentar