PENGANTAR ILMU BAHASA ARAB

1.1  MENGENAL ILMU BAHASA ARAB
๐ŸŒบ Ilmu Bahasa Arab adalah:
ู‚َูˆَุงุนِุฏُ ูŠُุนْุฑَูُ ุจِู‡َุง ุตِูŠَุบُ ุงู„ْูƒَู„ِู…َุงุชِ ุงู„ْุนَุฑَุจِูŠَّุฉِ ูˆَุฃَุญْูˆَุงู„ُู‡َุง ุญِูŠْู†َ ุฅِูْุฑَุฏِู‡َุง ูˆَุญِูŠْู†َ ุชَุฑْูƒِูŠْุจِู‡َุง
“Kaidah-kaidah untuk mengetahui bentuk kata-kata Bahasa Arab serta keadaannya baik dalam bentuk tunggal maupun dalam susunan kalimat.”
( Kitab Qawaidul Lughatil 'Arabiyyah_hal.6 )
๐Ÿ‘‰ Ini adalah pengertian Bahasa Arab secara umum yang telah mencakup definisi Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf.
๐Ÿ‘‰ Terkadang, Ilmu Sharaf dianggap bagian dari Ilmu Nahwu.
๐Ÿ‘‰ Namun, dengan melihat fokus utama pembahasannya, Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf dianggap dua ilmu yang terpisah;
๐Ÿ‘‰ di mana Ilmu Nahwu membahas susunan dan kondisi kalimat,
๐Ÿ‘‰ adapun Ilmu Sharaf membahas perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk yang lain.


๐ŸŒบ Ilmu Nahwu lebih fokus kepada bagaimana suatu kalimat itu disusun serta aturan-aturan yang terkait dengannya seperti harakat, letak kata, dan bentuk kata yang tepat sehingga suatu kalimat dapat dipahami dengan mudah.
๐Ÿ‘‰ Contohnya kalimat: ุฌَู„َุณَ ุฒَูŠْุฏٌ (Zaid telah duduk)
๐Ÿ‘‰ Kata  "ุฒَูŠْุฏٌ"  memiliki harakat dhammatain.
Pemberian harakat ini tidak dilakukan dengan sembarangan, melainkan ada aturan yang baku mengenai hal tersebut. Kita tidak bisa serta merta memberikan harakat dhammah, kasrah, kasratain tanpa melihat kondisi kalimat yang ada.
๐Ÿ‘‰ Kemudian, kata  "ุฒَูŠْุฏٌ"  yang merupakan subjek, lebih diakhirkan ketimbang kata kerja  "ุฌَู„َุณَ" , padahal dalam Tata Bahasa Indonesia, subjek lebih didahulukan daripada predikat (kata kerja). Kemudian, dari sisi pemilihan kata kerja sendiri, ada aturan khusus tentang hal tersebut. Contohnya ketika yang duduk seorang perempuan,
maka kata kerja yang digunakan menjadi:
ุฌَู„َุณَุชْ ู‡ِู†ْุฏٌ (Hindun telah duduk)

Semua hal diatas dibahas secara terperinci dalam Ilmu Nahwu.


๐ŸŒบ Adapun Ilmu Sharaf tidak membahas hal tersebut, melainkan lebih fokus kepada aturan perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Ilmu Sharaf membahas bagaimana kata "ุฌَู„َุณَ" berubah menjadi "ุฌَู„َุณَุชْ" dan bentuk lainnya.
Contohnya jika yang duduk adalah “kami” maka kata kerjanya berubah menjadi "ุฌَู„َุณْู†َุง" (kami telah duduk).

Perubahan kata ini beserta rumus-rumus perubahannya dibahas secara mendalam di Ilmu Sharaf.


๐ŸŒบ Ilmu Nahwu dan Sharaf sangat penting untuk dikuasai bagi orang-orang yang ingin memahami Bahasa Arab. Oleh karena itulah Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf disebut dengan ilmu alat; yakni alat untuk memahami kalimat Bahasa Arab. Ilmu Nahwu dan Sharaf adalah kunci untuk membuka gudang Ilmu Islam. Benarlah perkataan Al-‘Imrithiy dalam kitabnya Nadzham Al-Ajurrumiyyah:

ุงู„ู†َّุญْู†ُ ุฃَูˆْู„َู‰ ุฃَูˆَّู„ًุง ุฃَู†ْ ูŠُุนْู„َู…َ * ุฅِุฐِุงู„ْูƒَู„َุงู…ُ ุฏُูˆْู†َู‡ُ ู„َู†ْ ูŠُูْู‡َู…َ
Ilmu Nahwu adalah hal pertama yang paling utama untuk dipelajari ... Karena, kalimat tanpanya, tak dapat dipahami.


1.2 UNSUR PENYUSUN KALIMAT
Seperti yang kita ketahui,
๐Ÿ‘‰ kalimat adalah susunan dari beberapa kata yang memiliki makna.
๐Ÿ‘‰ Dalam Bahasa Indonesia, kita mengenal istilah kata kerja, kata benda, kata sifat, kata sambung, kata hubung, kata Tanya, dan sebagainya.
๐Ÿ‘‰ Begitu pun dengan Bahasa Arab, memiliki banyak istilah kata yang kurang lebih sama dengan Bahasa Indonesia.
๐Ÿ‘‰ Hanya saja, dalam Bahasa Arab, seluruh kata yang ada bisa dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu
๐Ÿ… fi’il (kata kerja),
๐Ÿ…‘ Isim (kata benda, kata sifat), dan
๐Ÿ…’ Huruf (kata sambung, kata hubung).

Perhatikanlah contoh kalimat berikut ini:
ูŠَุฐْู‡َุจُ ุฒَูŠْุฏٌ ุฅِู„َู‰ ุงู„ู…َุฏْุฑَุณَุฉِ
(Zaid sedang pergi ke sekolah)

๐Ÿ‘‰ Kalimat diatas memiliki tiga unsur penyusun:
๐Ÿ… Fi'il (kata kerja)
๐Ÿ…‘ Isim (kata benda)
๐Ÿ…’ Huruf Arab yang memiliki makna

๐Ÿ‘‰Untuk contoh diatas,
๐Ÿ‘‰๐Ÿป kata ูŠَุฐْู‡َุจُ adalah Fi'il,
๐Ÿ‘‰๐Ÿป kata ุฒَูŠْุฏٌ dan ุงู„ู…َุฏْุฑَุณَุฉِ adalah isim,
๐Ÿ‘‰๐Ÿป dan kata ุฅِู„َู‰ (ke) adalah huruf.





Maraji' (Referensi):
Buku Ilmu Sharaf untuk Pemula(Penulis Abu Razin & Ummu Razin)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MUWAAFAQATUL AQWAAL BIL AF’AL

Thoqotul Insan (Potensi Manusia)

Nafsul Insan (Jiwa Manusia)